• Jelajahi

    Copyright © Pena Kita
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Halaman

    DPRD NTT Soroti Lemahnya Pengawasan Keamanan Pangan Program MBG Usai Kasus Keracunan di TTS

    Sabtu, 09 Agustus 2025, Agustus 09, 2025 WIB Last Updated 2025-08-09T03:09:28Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini



    TTS .Penakita.Info – Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dari Fraksi Golkar, Dr. Inche D. P. Sayuna, S.H., M.Hum., M.Kn., menyoroti lemahnya pengawasan keamanan pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyusul kasus dugaan keracunan yang dialami 15 siswa SD Negeri Fafioban, Kecamatan Molo Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

     

    Inche D. P. Sayuna, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT periode 2019-2024, menilai bahwa kejadian ini menambah daftar panjang kasus keracunan MBG di NTT dan menjadi bukti nyata kurangnya pengawasan terhadap keamanan pangan program tersebut.

     

    "Keamanan pangan dari program MBG masih sangat lemah. Kita berharap Balai POM segera mendapatkan hasil uji sampel makanan dan mengumumkannya ke publik. Ini harus menjadi pelajaran berharga untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua pihak yang terlibat," ujar Inche melalui pesan WhatsApp pada Sabtu, 9 Agustus 2025.

     

    Inche menekankan bahwa penyebab keracunan dapat terjadi di berbagai titik dalam rantai penyediaan makanan, mulai dari bahan baku, proses memasak, penyimpanan, distribusi, hingga penyajian. Oleh karena itu, ancaman ini harus ditangani dengan serius mengingat sasaran penerima adalah kelompok rentan, yaitu anak-anak sekolah.

     

    Untuk menjamin keamanan pangan MBG, Inche mendorong pembentukan tim audit pangan yang melibatkan ahli gizi, sanitarian, epidemiolog, dan ahli keamanan pangan. "Jika penyedia terbukti lalai, harus dikenakan sanksi berat bahkan pemutusan kontrak, agar mereka serius dalam mempersiapkan makanan," tegasnya.

     

    Meskipun demikian, Inche menilai program MBG tetap perlu dilanjutkan dengan pengawasan ketat. Ia juga mengusulkan kolaborasi dengan pemerintah daerah melalui dinas kesehatan untuk melakukan pemantauan kasus diare dan surveilans status gizi di sekolah-sekolah penerima MBG. "Tujuan peningkatan gizi anak demi generasi emas Indonesia tetap harus menjadi fokus utama," tandasnya.

     

    Sebelumnya, 15 siswa SD Negeri Fafioban diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan MBG pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 10.00 WITA. Informasi awal menyebutkan bahwa para siswa mengeluhkan sakit perut dan muntah-muntah setelah makan menu yang disediakan oleh tim MBG.

     

    Kepala SD Negeri Fafioban, Kristofel Pandie, saat dihubungi, mengaku mendapat laporan dari guru di sekolah bahwa sejumlah siswa mual dan muntah usai memakan telur. "Anak-anak mengatakan kuning telurnya rusak, tapi itu hanya sebagian," ungkapnya.

     

    Kristofel menambahkan bahwa setelah mendapat laporan, ia langsung menghubungi petugas kesehatan Desa Koa. "Sore harinya pihak dapur dari Desa Koa datang untuk mengambil sampel makanan, sedangkan pihak Puskesmas belum hadir, hanya kader kesehatan yang memberi pertolongan awal," jelasnya.

     

    Kristofel berharap kejadian serupa tidak terulang. "Sebagai kepala sekolah, saya minta agar persiapan program ini ditinjau kembali demi keselamatan anak-anak," pungkasnya.

     

    Hingga berita ini diterbitkan, pihak Puskesmas Molo Barat dan dinas terkait belum memberikan klarifikasi resmi, sementara hasil uji sampel dari Balai POM masih menunggu proses lebih lanjut.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini