masukkan script iklan disini
Acara peluncuran buku antologi yang menjadi bukti kemajuan literasi di sekolah tersebut diadakan pada hari Sabtu, 13 Desember 2025, di halaman SD GMIT Soe II – bersamaan dengan penyerahan gedung aula baru yang diserahkan oleh Brigjen TNI (Purn) Simon Petrus Kamlasi dan Jane Natalia. Acara yang diisi dengan rangkaian aktivitas positif ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, antara lain Wakil ketua Komisi emat DPRD TTS Relygius Usfunan , pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten TTS, pengurus Sinode GMIT, pengurus Klasis Soe, pimpinan Yayasan Agape Soe, para orang tua siswa, guru, serta sejumlah kepala sekolah dari sekitar wilayah TTS. Kehadiran para tamu penting tersebut menambah makna dan kebanggaan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi para peserta yang telah menguras tenaga dan pikiran dalam menulis karya-karya di buku antologi tersebut.
Momen paling menyentuh dalam acara tersebut terjadi ketika pembacaan nama-nama penulis terbaik dari 50 peserta diumumkan. Tiga nama terpilih sebagai penulis terbaik, dari tiga penulis terbaik Samita Putri Kamlasi keluar sebagai Duta literasi karya atopologi . Namun, keistimewaan lebih jauh diberikan kepada Samita, yang tidak hanya mendapatkan sertifikat sebagai penulis terbaik, tetapi juga diangkat sebagai "Duta Literasi Siswa" di SD GMIT Soe II – sebuah jabatan yang menandakan perannya sebagai contoh bagi teman-temannya dalam mengembangkan budaya membaca dan menulis di sekolah.
Ketika nama Samita diumumkan dan dia maju ke panggung untuk menerima penghargaan, mata gadis yang berusia sekitar 12 tahun itu langsung berkaca-kaca. Tak kuasa menahan emosi kebahagiaan dan kebanggaan, air mata kesuksesan pun menetes perlahan dari kedua matanya. Dalam wawancara dengan awak media setelah menerima penghargaan, Samita menyampaikan tekadnya dengan suara yang lembut namun penuh semangat: "Saya pasti lebih bekerja lebih keras, belajar lebih giat agar bisa tampil di ajang propinsi bahkan nasional, tidak hanya di kabupaten saja. Saya pasti belajar lebih tekun lagi." Kata-katanya yang sederhana namun penuh tekad mencerminkan semangat generasi muda yang tidak puas dengan pencapaian saat ini dan ingin terus berkembang untuk membanggakan sekolah, keluarga, dan daerahnya.
Samita yang dikenal sebagai anak yang suka berdiam diri dan patuh kepada orang tua serta guru mengungkapkan bahwa tulisan adalah cara dia untuk berbagi cerita dan pemikiran dengan orang lain. "Saya ingin menbanggakan orang tua (cerita lama atau budaya tradisional) melalui karya tulis saya," katanya, menjelaskan bahwa tema dalam buku antologi tersebut menjadi kesempatan baginya untuk menjelajahi dan menyebarkan nilai-nilai budaya yang ada di sekitarnya, agar tidak terlupakan oleh generasi mendatang.
Keharuan juga terasa dari pihak keluarga, terutama ayahnya, Yanto Kamlasi. Saat melihat anaknya berdiri di panggung menerima penghargaan sebagai Duta Literasi dan penulis antologi terbaik, Yanto tidak bisa menyembunyikan emosi kebanggaannya. Dalam wawancara dengan awak media, dia menceritakan kesungguhan Samita yang selalu terlihat setiap hari: "Saya sering melihat dia selalu bangun jam 4 pagi untuk belajar, dan saya tidak pernah bertanya dia belajar apa – hanya setia melihatnya giat sejak pagi hari, bahkan sebelum matahari terbit."
Yanto menambahkan, "Dengan hasil hari ini, saya sebagai orang tua sangat bangga dan terharu. Ketika anak saya menjadi salah satu penulis karya antologi dan Duta Literasi, saya pasti akan tetap mendukung dan memberikan dukungan penuh untuk setiap langkahnya ke depan." Selain itu, dia juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua FTBM Kabupaten TTS, Kaka Lenso Asbanu, yang telah berperan aktif sebagai pegiat literasi di daerah. "Saya berterima kasih kepada Bapak Kaka Lenso Asbanu yang sudah membangun kemitraan dengan SD GMIT Soe II dan memberikan pendampingan kepada para siswa. Tanpa dukungannya, mungkin anak saya tidak akan bisa keluar sebagai Duta Literasi seperti hari ini," tutup Yanto dengan rasa syukur yang mendalam.
Buku antologi "Pelangi di Balik Seragam Merah Putih" yang diluncurkan hari itu bukan hanya sekadar kumpulan tulisan, tetapi juga cerminan dari potensi dan kreativitas generasi muda TTS. Tema yang dipilih – "pelangi di balik seragam" – memiliki makna mendalam: bahwa di balik penampilan yang sama (seragam merah putih), setiap siswa memiliki keunikan, bak pelangi yang muncul setelah hujan, yang perlu disoroti dan dikembangkan. Karya-karya yang diangkat dalam buku ini berfokus pada antropologi, seperti cerita tradisional, adat istiadat, dan kehidupan masyarakat di sekitar TTS – menjadi media untuk melestarikan budaya lokal sekaligus mengembangkan kemampuan menulis siswa.
Sementara itu kepala sekolah Yusak Neolaka menyatakan bahwa peluncuran buku antologi ini adalah langkah penting dalam mengembangkan budaya literasi di SD GMIT Soe II. Dengan adanya buku yang ditulis oleh siswa sendiri, diharapkan teman-teman mereka akan lebih termotivasi untuk membaca dan menulis, serta lebih bangga dengan budaya dan identitas lokal mereka. Selain itu, penghargaan yang diberikan kepada Samita dan dua penulis terbaik lainnya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh siswa untuk terus mengembangkan potensi diri dan berpartisipasi dalam kegiatan literasi di masa depan.
Momen keberhasilan Samita Putri Kamlasi sebagai Duta Literasi dan penulis antologi terbaik adalah bukti bahwa usia dini tidak menghalangi seseorang untuk mencapai keberhasilan. Dengan kesungguhan, dukungan keluarga, dan dorongan dari lingkungan sekolah, gadis pendiam ini telah membuktikan bahwa dia mampu menjadi bintang di tengah teman-temannya, membawa harapan dan semangat baru bagi gerakan literasi di SD GMIT Soe II dan Kabupaten TTS secara luas. Semoga pencapaiannya hari ini menjadi awal dari perjalanan yang lebih jauh, sehingga dia benar-benar bisa tampil di ajang yang lebih besar dan menjadi contoh bagi generasi muda lainnya.




