Aksi duduk bersila ini bukan karena kelelahan, melainkan sebagai simbol perjuangan Yustinus dan rekan-rekannya dalam menuntut keadilan terkait nasib mereka dalam seleksi PPPK paruh waktu.
"Nama saya sudah tercatat di database BKN, bahkan masuk kategori R3T. Tapi saat pengumuman, nama saya tidak ada," ungkap Yustinus dengan nada getir saat diwawancarai awak media.
Sebelum mengikuti seleksi PPPK, Yustinus telah mengabdi selama lima tahun di Dinas PUPR Kabupaten Malaka, khususnya di bagian operasional pengairan. Di samping itu, ia juga tetap setia dengan akar kehidupannya sebagai seorang petani.
"Saya ini tulang punggung keluarga. Istri saya hanya ibu rumah tangga, anak pertama masih SMA, dan anak kedua masih TK. Semua kebutuhan keluarga ada di pundak saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia khawatir, jika tidak ada solusi dari pemerintah, impian anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi akan terhenti karena keterbatasan biaya.
Dengan latar belakang yang sederhana, Yustinus merasa sangat kecewa dengan hasil seleksi PPPK. Harapannya untuk mendapatkan kepastian kerja melalui jalur ini sirna begitu saja.
Perjalanan hidup Yustinus terasa kontras. Dari seorang petani di sawah, kini ia berada di gedung dewan, menyaksikan para pejabat berdiskusi tentang nasibnya. Baginya, ini bukan sekadar tentang mencari pekerjaan, tetapi tentang mencari pengakuan atas pengabdian yang telah ia berikan.
"Selama ini saya hanya bertani dan mengabdi. Tapi kenapa nama saya bisa hilang begitu saja?" tanyanya lirih.
Bagi sebagian orang, duduk bersila di lantai mungkin adalah hal yang biasa. Namun bagi Yustinus, itu adalah simbol bahwa rakyat kecil seringkali ditempatkan di posisi yang kurang menguntungkan. Meskipun demikian, semangatnya untuk memperjuangkan hak tetap membara.
Ia berharap, perjuangan yang ia lakukan bersama peserta lain dapat mengetuk hati pemerintah daerah. "Kami ini bukan orang yang meminta lebih, kami hanya meminta keadilan," pungkasnya.
( marfin.)
"Duduk Bersila di Gedung Dewan: Simbol Derita Rakyat Kecil di Malaka".