Soe, TTS .Penakita.Info – Rencana Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (Pemda TTS) untuk membangun fly over dan jembatan penyeberangan di Kota Soe mendapat sorotan dari Anggota Komisi I DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), David Imanuel Boimau.
Politisi asal daerah pemilihan (Dapil) TTS yang juga merupakan mantan anggota DPRD Kabupaten TTS tiga periode tersebut menilai bahwa rencana ini sebaiknya dikaji ulang secara komprehensif. Menurutnya, kebijakan pembangunan harus berakar pada kebutuhan nyata masyarakat, bukan sekadar keinginan untuk mempercantik kota.
David Boimau menjelaskan bahwa pembangunan fly over atau jembatan penyeberangan umumnya dilakukan di kota-kota besar dengan kepadatan lalu lintas tinggi. Sementara itu, kondisi lalu lintas di Kota Soe dinilai masih normal dan belum memerlukan intervensi berskala besar seperti fly over.
“Berkaca dari manfaat fly over itu sendiri, menurut saya Kota Soe belum membutuhkan rencana besar Pemda ini. Kepadatan lalu lintas di beberapa titik masih dalam batas wajar dan belum mendesak untuk lima tahun ke depan,” ujar David, yang akrab disapa D'Boi 77, kepada tim media.
Menurutnya, APBD Kabupaten TTS yang terbatas sebaiknya digunakan secara efektif dan efisien untuk program yang berdampak langsung bagi masyarakat, seperti perbaikan trotoar, peningkatan akses pejalan kaki, serta penataan kota yang lebih ramah lingkungan.
D'Boi 77 berpendapat bahwa jika tujuan Pemda TTS adalah mempercantik kota, maka fokus pembangunan seharusnya diarahkan pada penataan manajemen sampah, taman kota, dan pembangunan tugu-tugu tematik bernilai sejarah yang mencerminkan potensi unggulan daerah.
“Kalau mau mempercantik wajah kota, maka fokuslah pada pengelolaan sampah, taman kota, dan tugu bernilai sejarah serta potensi unggulan daerah yang bisa memberi nilai ekonomi,” tegasnya.
Ia mencontohkan ide pembangunan tugu buah apel, jeruk, alpukat mentega, pisang mas, hingga tugu sapi Timor dan pacuan kuda Nenonaheun, yang mencerminkan kejayaan sektor pertanian dan peternakan TTS di masa lalu serta potensi ekonominya di masa depan.
“Tugu-tugu itu bisa memperindah kota sekaligus menjadi ruang publik bagi warga untuk berkumpul, berjualan, dan menarik wisatawan lokal,” tambahnya.
Lebih lanjut, D'Boi 77 mengusulkan agar penataan Kota Soe dilakukan dengan konsep arsitektur tradisional yang berpadu modern, terutama di kawasan pintu masuk kota. Hal ini, menurutnya, akan memberikan kesan positif bagi pengunjung dan menjadikan Soe sebagai kota transit yang nyaman dan menarik.
“Bayangkan orang yang melintas bisa berhenti, berfoto, menyeruput kopi, menikmati udara segar Kota Soe. Itu memberi nilai ekonomi bagi warga,” jelasnya.
Ia juga mendorong Pemda TTS untuk mengadakan sayembara desain tata kota yang melibatkan arsitek muda dan desainer lokal, sehingga melahirkan ide-ide segar dengan biaya yang lebih efisien.
Menurut Boimau, proyek besar seperti fly over justru berisiko menjadi “bangunan besi tua” yang jarang dimanfaatkan jika persoalan dasar seperti sampah, taman, kebersihan jalan, dan kesadaran menanam pohon belum diselesaikan.
“Kalau masalah dasar seperti kebersihan saja belum beres, fly over hanya akan menjadi bangunan kumuh dan mubazir,” ujarnya.
Ia berharap DPRD Kabupaten TTS dapat menjalankan fungsi pengawasan agar penggunaan anggaran publik tetap efisien dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
“Penataan kota memang penting, tapi harus memberi dampak nyata bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas D'Boi 77.
.