![]() |
Gedung Rumah Sakit Nindhita |
Kasus ini bermula dari dugaan salah diagnosis terhadap pasien bernama Hafid, warga Kecamatan Tambelang, yang awalnya didiagnosa mengidap hernia. Namun setelah menjalani operasi, pihak keluarga mengaku kaget karena hasil tindakan medis justru berbeda dari diagnosis awal.
https://www.penakita.info/2025/10/formabes-gelar-audiensi-dugaan.html
Samhari, kerabat korban, menuturkan bahwa keluarga merasa ditipu karena hasil operasi tidak sesuai dengan diagnosis awal. Ia mengatakan, Hafid kini hanya bisa terbaring menahan sakit dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa.
“Kami merasa ditipu. Dokter bilang hernia, tapi setelah dioperasi malah penyakitnya dianggap lebih parah. Hafid tidak bisa beraktivitas, hanya terbaring menahan sakit,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal FORMABES, Hari, menegaskan bahwa persoalan ini bukan sekadar kelalaian medis. Menurutnya, jika benar terjadi salah tindakan, maka hal itu sudah termasuk dalam kategori malpraktik. Ia menekankan bahwa keselamatan pasien harus menjadi prioritas utama, bukan dijadikan korban percobaan.
“Ini bukan sekadar kelalaian. Kalau benar terjadi salah tindakan, maka itu sudah masuk kategori malpraktik. Keselamatan pasien seharusnya di atas segalanya, bukan jadi korban percobaan,” tegasnya,
Hari juga menambahkan, pihaknya tidak akan tinggal diam jika manajemen RS Nindhita tidak segera memberikan tanggapan. FORMABES akan menempuh jalur hukum dan menggelar aksi jika klarifikasi resmi tidak segera disampaikan.
“Kami tidak main-main. Kalau dalam waktu dekat tidak ada tanggapan, kami akan turun aksi dan membawa masalah ini ke ranah hukum,” imbuhnya dengan tegas.
Warga Sampang kini menaruh perhatian besar terhadap kasus ini dan berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang segera melakukan investigasi secara transparan demi memastikan tidak ada lagi warga yang menjadi korban dugaan malpraktik serupa. (SH)