Timor Tengah Selatan, penakita.info -
Penulis, Rhey Natonis, seorang pegiat media, menantang anggapan umum yang mencap media sosial sebagai penyebab utama masalah sosial modern seperti kecanduan digital, penyebaran hoaks, dan penurunan kesehatan mental. Penulis berargumen bahwa media sosial hanyalah alat, seperti api atau pisau, yang dampaknya bergantung sepenuhnya pada pengguna.
Penulis menekankan bahwa masalah sebenarnya terletak pada ketidaksiapan kita secara mental dan moral dalam menghadapi limpahan informasi dan kesempatan yang ditawarkan media sosial. Kita seringkali mengejar popularitas dan viralitas tanpa mempertimbangkan nilai-nilai etika dan dampaknya.
https://www.penakita.info/2025/06/geger-seorang-laki-laki-bunuh-diri-ke.html
Penulis membantah klaim bahwa media sosial menyebabkan perpecahan. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa media sosial hanya mempercepat dan memperluas masalah yang sudah ada di masyarakat. Ujaran kebencian di dunia digital adalah cerminan dari ketidakharmonisan di dunia nyata.
Namun, penulis juga mengakui sisi positif media sosial. Platform ini telah memfasilitasi gerakan sosial, dukungan kemanusiaan, dan peluang ekonomi bagi banyak orang. Bagi sebagian individu, media sosial juga menjadi ruang aman untuk berekspresi dan menemukan komunitas.
https://www.penakita.info/2025/06/kasus-dugaan-penggelapan-dana-ganti.html
Kesimpulannya, penulis menyerukan kepada pengguna untuk bertanggung jawab atas penggunaan media sosial. Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang etika dan empati. Kita perlu berpikir kritis terhadap informasi yang kita konsumsi dan sebarkan, serta menyadari dampak dari setiap kata yang kita tulis. Menjaga kesehatan digital sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Pada akhirnya, kita sendirilah yang menentukan apakah media sosial menjadi "sial" atau "berkah".
(Marti Honin)