Timor Tengah Selatan, penakita.info -
Hening yang menggantung di langit-langit ruangan memantulkan duka yang tak tertahankan. Di tengah ruangan, peti jenazah berhias bunga putih dan juga tertutup dengan bendera merah putih menjadi pusat perhatian, dikelilingi keluarga, rekan kerja, dan pejabat daerah yang datang dan memberikan penghormatan terakhir.
Upacara persemayaman dipimpin langsung oleh Ketua DPRD TTS, Mordekai Liu, didampingi dua wakil ketua, Yoksan Benu dan Arsianus Nenobahan. Hadir pula seluruh anggota DPRD, Bupati dan Wakil Bupati TTS, para asisten dan staf ahli Bupati, pimpinan OPD, serta Camat Amanuban Tengah. Keberadaan mereka tidak hanya sebagai bentuk penghormatan formal, tetapi juga sebagai wujud kasih dan kehilangan yang begitu dalam terhadap sosok yang telah menjadi sahabat, rekan seperjuangan, dan inspirasi.
momen yang paling menyayat hati ketika, satu per satu para anggota dewan dan pejabat berjalan perlahan ke arah peti jenazah, memberi hormat dan menunduk dalam hening. Tidak sedikit dari mereka yang menyeka air mata. Tangisan lirih pecah saat istri tercinta Almarhum menerima secara simbolis foto dan papan nama jabatan suaminya dari Ketua DPRD. Suasana menjadi sangat emosional seolah seluruh ruangan ikut menangis dalam diam.
terpantau, Wajah sang istri tampak tabah, namun air matanya tak berhenti mengalir. Beberapa kali ia mengelus foto suaminya, seakan mencoba bicara dalam keheningan. Di antara pelukan dan ucapan belasungkawa, ada rindu yang tak akan bisa dijawab lagi. Ada kehilangan yang tidak tergantikan.
Ketua DPRD dalam sambutannya menyampaikan bahwa kepergian Jisbar adalah kehilangan yang sangat mendalam, bukan hanya bagi DPRD tapi bagi seluruh rakyat TTS.
"Kami semua merasa kehilangan seorang panutan. Beliau bukan hanya rekan kerja, tapi juga sahabat, saudara, dan sumber semangat. Kami masih ingat betul caranya menyapa semua orang dengan ramah, duduk bersama warga tanpa sekat, dan selalu hadir tepat waktu dalam tugas-tugas dewan. Beliau disiplin, rendah hati, dan selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya."
"Perjuangan kita di sini belum selesai. Masih banyak suara rakyat yang menunggu untuk diwujudkan. Tapi Bapa Jisbar telah memberikan segalanya. Di setiap rapat, di setiap kunjungan, beliau hadir bukan hanya secara fisik, tapi juga dengan hati. Dan hari ini, kami melepasnya dengan doa dan rasa terima kasih yang tak terhingga."
Menurut informasi yang dihimpun media ini, Almarhum Jisbar menghembuskan napas terakhir pada Minggu, 4 Mei 2025 di Puskesmas Niki-Niki karena komplikasi sakit lambung dan darah tinggi. Tidak banyak yang tahu bahwa selama beberapa minggu terakhir, ia tetap hadir dalam tugas meski menahan rasa sakit.
Kabar kepergiannya menyebar cepat, mengagetkan banyak pihak. Sosok yang dikenal enerjik dan selalu hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat itu kini telah tiada. Tak sedikit yang ikut hadir di pelataran DPRD sore itu, hanya untuk mengucapkan selamat jalan bagi pemimpin yang mereka cintai.
Setelah prosesi persemayaman selesai, jenazah diberangkatkan menuju rumah duka di Desa Taebesa, Kecamatan Amanuban Tengah. Di sepanjang jalan, iring-iringan pengantar duka berjalan pelan dalam hening. Beberapa warga berdiri di pinggir jalan, menundukkan kepala, mengangkat tangan, dan berdoa diam-diam — isyarat cinta dan perpisahan untuk putra daerah yang mereka banggakan.
Jisbar memang telah pergi, tapi semangatnya akan terus hidup dalam setiap sidang, dalam setiap keputusan yang diambil oleh DPRD TTS. Ia telah menuliskan warisan bukan dalam bentuk monumen, tetapi dalam kenangan dan keteladanan.
"Terima kasih untuk semua yang baik yang telah kau perjuangkan di sini, Bapa Jisbar," ucap Ketua DPRD menutup sambutannya dengan suara parau. "Selamat jalan, bu Jisbar. Selamat jalan, pejuang rakyat. Damailah bersama Bapa di surga."
(Marfin Honin)