Lampung Selatan, penakita.info -
Empat remaja berseragam sekolah lengkap kedapatan merokok di area Taman Masjid Agung Kalianda, pada Kamis siang, 22 Mei 2025, sekitar pukul 13.00 WIB. Keempatnya diketahui merupakan siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kalianda.
Aksi tersebut mengundang perhatian salah seorang warga bernama Ray, yang saat itu juga berada di lokasi sebagai pengunjung taman. Ia mengaku prihatin melihat perilaku pelajar yang semestinya menunjukkan keteladanan, terlebih perbuatan itu dilakukan di ruang publik yang berdekatan langsung dengan rumah ibadah.
"Saya benar-benar menyayangkan. Mereka masih berseragam sekolah, tapi malah merokok di tempat umum, apalagi ini di sekitar masjid. Seharusnya mereka menjadi contoh yang baik, bukan malah mempertontonkan hal seperti ini," ujar Ray.
Kejadian ini menjadi potret buram dunia pendidikan di Lampung Selatan. Sekolah, yang seharusnya menjadi ruang pembinaan moral dan karakter generasi muda, justru seakan belum mampu menanamkan nilai-nilai etika secara utuh kepada siswanya.
Minimnya pengawasan, lemahnya pendidikan karakter, serta kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua, diduga menjadi faktor penyebab terus terulangnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar.
Kondisi ini sepatutnya menjadi alarm bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor pendidikan, mulai dari sekolah, orang tua, hingga pemerintah daerah, untuk segera melakukan evaluasi dan perbaikan menyeluruh. Disiplin dan akhlak mulia perlu kembali ditempatkan sebagai pondasi utama dalam proses pendidikan, bukan hanya pencapaian akademik semata.
Sementara itu, Kepala SMKN 2 Kalianda, Nyoman Mister, saat dikonfirmasi mengakui bahwa para siswa tersebut memang berasal dari sekolah yang ia pimpin. Namun ia berdalih bahwa kejadian itu tidak terjadi pada jam pelajaran aktif, karena siswa telah selesai mengikuti Ujian Akhir Semester Genap.
"Itu bukan jam sekolah. Anak-anak sudah selesai ujian dan pulang. Tapi kami tetap mengingatkan semua siswa untuk menjaga sikap, baik di lingkungan sekolah maupun di luar," jelas Nyoman.
Ia menambahkan bahwa pembinaan perilaku siswa merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua. Pihaknya, kata dia, terus berupaya menyampaikan arahan moral dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Meski begitu, hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak sekolah terkait langkah konkret yang akan diambil atas perilaku siswanya tersebut. Masyarakat berharap, kejadian ini tidak berhenti pada klarifikasi semata, melainkan menjadi pemicu bagi sekolah untuk meningkatkan pembinaan karakter secara menyeluruh dan konsisten.
(Maulana)